.::. Galeh Aji Wedding Organizer .::.

Paket Pernikahan Yogyakarta || Paket Pernikahan Murah Yogyakarta

Petasan sudah menjadi tradisi di sekitar kita baik itu saat bulan puasa, saat perayaan tahun baru, maupun saat pesta pernikahan. Dentu...

Petasan Dalam Adat Pernikahan

By 6/19/2017 , , , , ,


Petasan sudah menjadi tradisi di sekitar kita baik itu saat bulan puasa, saat perayaan tahun baru, maupun saat pesta pernikahan. Dentuman petasan dan kembang api seringkali bersahut-sahutan sehingga menimbulkan bunyi yang sangat keras dan menggelegar. Nah, tahukah Anda darimana asal mula adanya petasan. Mari simak ulasan berikut.

Berasal dari Budaya Cina
Pada mulanya petasan berawal dari kebudayaan di Cina. Menurut beberapa literatur Cina bubuk mesiu pertama kali ditemukan pada masa Dinasti Sung (960-1279). Orang Cina saat itu menemukan bubuk mesiu yang merupakan campuran dari potasium nitrat, sulfur, dan charcoal yang jika dicampurkan dengan oksigen akan menimbulkan sebuah ledakan dan cahaya yang menyembur. Mesiu atau petasan digunakan untuk peperangan dan penyemarakan tradisi pesta pernikahan di cina yang diyakini dapat mengusir roh-roh jahat yang bisa mengganggu perayaan dan pesta.

Tradisi petasan dan kembang api bermula di Cina pada abad Ke-11. Kemudian menyebar ke daerah lain seperti Jazirah Arabia pada abad ke-13. Tradisi petasan yang ada di Indonesia juga dibawa oleh Orang Tiong Hoa yang datang dan menetap di Indonesia.

Secara historis kedatangan bangsa Tiong Hoa di Indonesia melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu tahap kerajaan. Tahap kedua yaitu setelah kedatangan bangsa Eropa di Asia Tenggara pada abad ke-16. Dan Tahap ketiga yaitu saat Indonesai di bawah Pemerintahan Belanda. 

Petasan di Adat Pernikahan
Salah satu ajang untuk menyalakan petasan yaitu dalam upacara pernikahan adat, khususnya pernikahan adat di betawi. Orang betawi sering menyalakan petasan pada saat perayaan pernikahan atau khitanan. Petasan seperti memiliki arti sendiri dalam perayaan pernikahan.

Jika di Tionghoa atau cina dahulu kala menyalakan petasan untuk mengusir roh-roh jahat, saat ini orang menyalakan petasan untuk hiburan atau penanda adanya pesta besar. Hal ini bisa diibaratkan semacam sebuah alat komunikasi. Karena zaman dahulu, belum ada alat modern seperti Speaker untuk mengabarkan adanya pesta pernikahan. Sehingga menggunakan petasan sebagai penanda adanya pesta pernikahan. 

Bisa dikatakan bahwa Kebudayan yang ada di Betawi tidak statis, tetapi dinamis dan berkembang sepanjang waktu menyerap berbagai unsur budaya baik lokal maupun global dan mengolahnya menjadi bagian dari tradisi. Seperti halnya petasan pada pesta pernikahan.

Makna petasan memang dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Pada kebudayaan Cina ada unsur mistisnya yaitu mengusir roh-roh jahat, sedangkan pada kebudayaan Betawi berkembang menjadi sarana komunikasi. Sementara itu, pada bulan suci puasa petasan digunakakan untuk menyemarakkan suasana saat berbuka puasa maupun saat sahur.

Petasan juga sudah menjadi bagian dari hiburan masyarakat. Pemandangan anak-anak menyalakan petasan sudah menjadi hal yang biasa. Namun faktor keamanan juga sangat penting untuk diperhatikan mengingat petasan memiliki daya ledak baik ringan atau berat. Jika tidak berhati-hati dalam bermain petasan akan membahayakan orang sekitar.




Sumber : perempuan.com

You Might Also Like

0 komentar