.::. Galeh Aji Wedding Organizer .::.

Paket Pernikahan Yogyakarta || Paket Pernikahan Murah Yogyakarta

Seperti kebanyakan budaya yang berkembang di Indonesia, adat pernikahan Tionghoa pun tak kalah unik, simak ulasannya.  Banya...

Pernikahan Adat Tionghoa

By 3/27/2015 , ,




Seperti kebanyakan budaya yang berkembang di Indonesia, adat pernikahan Tionghoa pun tak kalah unik, simak ulasannya. 

Banyak prosesi yang harus dijalani kedua mempelai dalam adat perkawinan Tionghoa. Setelah proses lamaran, pihak pengantin perempuan masih harus melakukan sederet ritual, mulai dari menata kamar pengantin, menyalakan lilin, makan 12 jenis sayur, hingga penyambutan dan penjemputan mempelai wanita. 


Keluarga calon pengantin pria diharuskan untuk mempersiapkan ranjang baru di kamar pengantin. Yang unik, anak-anak akan diminta meloncat-loncat di atas ranjang pengantin sebelum ditata. Selain untuk menguji kekuatan ranjang, tradisi ini dianggap bisa membuat pengantin cepat mendapat momongan. 


Sementara itu, ada keharusan bagi orang tua kedua calon pengantin untuk menyalakan lilin perkawinan beberapa hari menjelang pernikahan digelar. Nyala lilin perkawinan dipercaya bisa mengusir pengaruh buruk yang dapat mengacaukan jalannya prosesi pernikahan. Lilin ini harus tetap menyala hingga tiga hari setelah pernikahan. 


Dilanjutkan dengan prosesi siraman. Mirip dengan tradisi Jawa atau Sunda, yang memiliki ritual siraman dalam rangkaian upacara pernikahan mereka, namun siraman dalam tradisi masyarakat Tionghoa diawali dengan sembahyang dan penghormatan kepada leluhur. 


Setelah itu, barulah mempelai wanita dimandikan dengan air yang telah dibubuhi wewangian alami. Selain untuk membersihkan mempelai, membuatnya wangi, ritual ini juga bermaksud mengusir pengaruh jahat yang bisa mengganggu. 


Disusul dengan menyisir rambut atau chio thao yang dilakukan oleh orang yang telah menikah dan memiliki keturunan, bisa juga oleh juru manten. Mempelai akan disisir sebanyak tiga kali. Mempelai yang akan menjalani prosesi ini didudukkan di atas kursi yang telah dialasi tampah besar bergambar yin-yang. 


Memasuki detik-detik penyambutan pengantin pria, mempelai wanita, dan juga mempelai pria, yang telah dipakaikan busana pengantin oleh orangtuanya, dibimbing menuju meja makanyang telah tersaji 12 mangkuk yang masing-masing berisi satu jenis masakan yang memiliki rasa yang berbeda-beda. Ini melambangkan rasa berbeda dari suka-duka hidup berumah tangga yang harus dijalani dan dinikmati. 


Di lain sisi, mempelai pria yang telah mengenakan baju pengantin ala bangsawan pada zaman Dinasti Ming, pastinya harus menjemput sang mempelai wanita. Selain keluarga, kedatangan pengantin pria didampingi pula oleh juru rias, serta kia teng. Mereka disambut dengan taburan beras kuning, biji buncis merah dan hijau, uang logam, serta bunga. Aneka taburan ini bermakna kesejahteraan yang melimpah bagi mempelai. 


Masih dalam keadaan wajah ditutupi kerudung, mempelai wanita dipertemukan dengan pengantin pria yang telah datang menjemput. Dalam prosesi ini, kerudung pelambang kesucian belum boleh dibuka. 


Di rumah pengantin pria, segala keperluan untuk menyambut kedatangan pengantin telah dipersiapkan. Begitu rombongan pengantin datang, di muka pintu, ibu dan nenek pengantin pria yang telah menunggu akan menyambut dengan taburan simbol kemakmuran. Setelah pasangan pengantin masuk rumah, keduanya akan dibimbing menuju kamar kerudung pengantin wanita baru boleh dibuka. 


Keluar dari kamar pengantin, kedua mempelai menuju meja sembahyangan yang disebut meja sam kay. Dengan disaksikan orangtua dan sanak keluarga, kedua mempelai melakukan sembahyang sam kay sebagai persyaratan sahnya perkawinan mereka secara adat dan kepercayaan. 


Setelah sam kay, kedua mempelai melakukan te pay untuk menghormati orangtua dan generasi yang lebih tua. 


You Might Also Like

0 komentar