.::. Galeh Aji Wedding Organizer .::.

Paket Pernikahan Yogyakarta || Paket Pernikahan Murah Yogyakarta

Ritual Wijikan dan Ngidak Tigan adalah sebuah ritual yang ada saat upacara pernikahan adat Jawa. Ritual Wijikan terdapat pada upacara ...

Ritual Wijikan Dan Ngidak Tigan

By 1/13/2016 , , , ,


Ritual Wijikan dan Ngidak Tigan adalah sebuah ritual yang ada saat upacara pernikahan adat Jawa. Ritual Wijikan terdapat pada upacara pernikahan adat jogja, sedangkan ngidak tigan terdapat pada upacara adat Surakarta. Baik Jogjakarta maupun Surakarta meskipun jaraknya berdekatan, namun memiliki kerajaan tersendiri yang memberikan pengaruh besar pada zaman dahulu salah satunya pada bentuk upacara pernikahan adatnya.

Hal ini bermula pada Perjanjian Giyanti tahun 1755 yang menjadi titik puncak perpecahan sehingga mengakiri Dinasti Mataram menjadi dua kerajaan yakni Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Yogyakarta) dan Kasunan Surakarta Hadiningrat (Solo). Perpecahan itu juga berpengaruh pada tata cara pernikahan hingga perlengkapan yang dulunya sama. Salah satunya ialah prosesi wijikan (Yogyakarta) dan ngidak tigan (Solo). Kedua prosesi ini hakikatnya sama yaitu membasuh kaki mempelai pria. Namun demikian memiliki perbedaan sebagai berikut:

Wijikan (Yogyakarta)
Prosesi Wijikan juga dikenal dengan sebutan ranupada. Dalam bahasa Jawa, "ranu" berarti air dan "pada" diartikan kaki, jika diartikan secara lengkap, ritual ranupada berarti membasuh kaki. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kaki mempelai pria yang dibasuhkan oleh mempelai perempuan. Wijikan mencerminkan wujud bakti istri kepada suaminya. Selain itu, wijikan juga bertujuan untuk menghilangkan rintangan agar tercipta keluarga bahagia dan dijauhkan dari kesulitan dan marabahaya.

Untuk pelaksanaannya diawali dengan masuknya kedua kaki mempelai pria pada kotak persegi panjang yang telah diberi irisan daun pandan bercampur bunga melati. Kemudian akan dibasuh dengan air bunga setaman oleh istri. Paling tidak mempelai perempuan membasuhkan air bunga setaman pada kedua kaki mempelai pria sebanyak tiga kali. Setelah itu dilanjutkan dengan mengelap kaki hingga kering.

Kemudian mempelai perempuan menghaturkan sembah sebagai baktinya. Mempelai pria kemudian membantu pasangannya berdiri. Hal Ini melambangkan perlindungan seorang suami kepada istri. Kedua mempelai saling berhadapan, lalu pemandu adat atau perias menyentuhkan telur ayam mentah pada dahi masing-masing mempelai. Selanjutnya telur tersebut dijatuhkan pada kotak persegi panjang sampai pecah, sambil berharap agar kedua mempelai lekas mempunyai momongan yang berbudi baik.

Ngidak Tigan
Upacara ngidak tigan tidak jauh berbeda dengan wijikan. Prosesi ini menyimpan harapan dan tujuan yang sama persis dengan wijikan. Kaki mempelai pria dibasuh dengan penuh bakti oleh mempelai wanita seperti seharusnya sikap seorang istri yang wajib berbakti dan melayani suami dengan penuh keikhlasan. Perbedaan dengan prosesi wijikan terdapat pada tahap ngidak tigan yang berarti menginjak telur.

Penginjakan telur oleh mempelai pria memiliki arti yaitu mempelai pria siap memberikan keturunan. Oleh karena itu prosesi ini pun dikenal dengan sebutan wiji dadi yang bermakna penyatuan benih untuk melanjutkan keturunan.Untuk tata cara dan perlengkapan yang digunakan tentu berbeda. Menjelang pernikahan, telah dipersiapkan perlengkapan seperti nampan bertabur irisan daun pandan, kelopak mawar, bunga melati, dan kenanga, air bunga setaman, handuk kecil, serta telur ayam kampung mentah. Upacara ini dimulai dengan penginjakan telur oleh dengan kaki kanannya di atas nampan.

Kemudian mempelai perempuan membasuh kaki mempelai pria dengan lembut dan dikeringkan dengan handuk kecil sebagai simbol bakti istri terhadap suami. Mempelai perempuan menyatukan kedua telapak tangannya seraya menghaturkan sembahnya kepada mempelai pria, Kemudian mempelai pria menyambut dengan mengulurkan tangan untuk menolong pasangannya berdiri.

Dari penjelasan dapat simpulkan bahwa sebenarnya wijikan dan ngidak tigan memiliki makna yang sama namun berbeda dalam pelaksanaan tatacaranya. Dalam wijikan telur dipecah kemudian disentuhkan pada dahi mempelai. Sedangkan dalam ngidak tigan, telur diinjak agar pecah.




Sumber : Berbagai Sumber

You Might Also Like

0 komentar